![]() |
Picture Source : Google.com |
Melanjutkan cerita dari perjalanan sebelumya yaitu Pulau Doom, Sorong - West Papua #Indonesia, berbekal dari perbincangan di warung itulah, sepulang dari tempat tersebut, saya mulai mencari tahu lagi informasi tentang Raja Ampat. Hingga sampai pada saat dimana saya memang sudah benar-benar mantap untuk memutuskan pergi ke Raja Ampat. Karena mengingat semua kewajiban dan tanggung jawab masalah pekerjaan saya di Kota Sorong sudah benar-benar beres sepenuhnya. Maka tepat pada hari jumat siang, kira-kira setelah selesai melaksanakan ibadah sholat jumat, saya mulai menuju ke sebuah pelabuhan di Kota Sorong. Nama pelabuhan tersebut adalah Pelabuhan Rakyat. Karena bedasarkan informasi yang saya dapat, kapal fery yang menuju ke Kepulauan Raja Ampat akan berangkat pada jumat siang sekitar pukul 13.00 WIT. Ternyata informasi yang saya dapat, benar adanya. Setiba di Pelabuhan Rakyat tersebut, sebuah kapal fery berukuran sedang sudah berlabuh disana dan siap untuk berangkat. Kapal fery tersebut disebut kapal cepat oleh penduduk sekitar, karena untuk sampai di Raja Ampat, fery tersebut hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 2 jam saja. Dan ternyata bukan hanya ada satu fery saja yang berangkat. Fery dengan ukuran yang jauh lebih besar sudah siap berangkat juga. Akan tetapi jadwal keberangkatan fery tersebut sekitar pukul 14.00 WIT, atau dengan kata lain fery tersebut baru akan berangkat setelah satu jam dari keberangkatan fery cepat. Dan jarak tempuh yang dibutuhkan oleh fery besar tersebut lebih lama jika dibandingkan dengan fery cepat. Fery besar bisa memakan waktu sekitar 4-5 jam untuk sampai di Raja Ampat. Tanpa berlama-lama lagi saya pun mulai membeli tiket dan segera bergegas naik ke dalam kapal fery tersebut, dan fery yang menjadi pilihan saya adalah fery cepat.
Harga tiketnya sekitar IDR 150.000 kalau tidak salah. Setelah berada dalam kapal tersebut, ternyata kapal tersebut disominasi oleh turis asing, sekalipun ada warga lokal, saat itu paling hanya para guide dari turis asing tersebut. Sepanjang perjalanan ini panorama pemandangan lauit itu cukup indah, dari mulai dari hamparan laut biru hingga gugusan pulau-pulau kecil, seolah semua itu merupakan pemandangan yang langka bagi saya sendiri.
Setelah kurang lebih sekitar 2 jam perjalanan akhirnya kami tiba di Pelabuhan Waisai, Waisai sendiri bisa dikatakan merupakan ibukotanya dari Kabupaten Raja Ampat. Setiba di pelabuhan itu sendiri saya langsung menaiki ojeg sebagai pilihan transportasi, karena memang tidak cukup banyak pilihan juga. Ketika menggunakan ojek ini tanpa kompromi dan lain-lain, tukang ojek membawa saya menuju ke satu cottage atau vila yang cukup tersembunyi berada di pinggiran kota, karena menurut mereka biasanya para penumpang dari kapal cepat mayoritas tujuannya untuk wisata dan biasanya menginap di cottage tersebut sebelum melanjutkan perjalanannya menuju Pulau Wayag atau pulau lainnya.
Namun saat itu saya langsung meminta tukang ojek untuk mengantar saya menuju ke pusat kota saja, mencari penginapan yang berada di pusat kota. Dalam perjalanan ke pusat kota, kami melalui salah satu tugu yang cukup unik kala itu, suatu tugu yang bisa dikatakan sebagai ikon atau gerbang dari Kabupaten Raja Ampat yaitu Tugu Bahari. Uniknya, tugu ini berbeda dengan tugu-tugu lainnya yang pernah saya jumpai. Bentuk tugu ini menyerupai suatu pulau karang yang banyak bertebaran di Raja Ampat. Tugu ini juga berwarna warni, ada warna merah hijau, dan biru. Tugu Bahari Raja Ampat juga dihiasi oleh patung ikan dan patung-patung penyu dan terumbu karang. Serta, ada ukiran dua pria dewasa yang menggambarkan masyarakat Raja Ampat.
Setiba di pusat kota, saya dibawa menuju suatu cottage dengan nama Arcropora Cottage, merupakan suatu penginapan yang cukup nyaman dibawah pengelolaan pemerintah setempat kalau tidak salah. Harganya kalau tidak salah ingat IDR 470.000,- per malam.
Karena lokasinya yang cukup strategis di pusat kota, setelah tiba di penginapan saya lanjut berjalan-jalan melihat-lihat pemandangan sekitar yang memang lokasinya tidak jauh dari Pantai WTC yang merupakan kepanjangan Waisai Torang Cinta kalau tidak salah. Sambil menunggu maghrib tiba saya bersantai sambil menikmati pemandangan sekitar. Dan ketika maghrib tiba, saya pun beranjak menuju penginapan.
Setelah selesai dengan segala kewajiban, selepas maghrib saya langsung kembali memutuskan untuk berjalan-jalan sambil mencari makan malam. Tak jauh dari penginapan saya pun menemukan tenda Pecel Ayam khas Lamongan, dan tanpa berlama-lam lagi kamipun menuju kesana dan memesan makan tiga porsi, karena saat itu kami bertiga menuju kesana. Dan yang cukup mengejutkan adalah harga pecel ayam yang biasanya di Pulau Jawa hanya berkisar di sekitar 11-15 ribuan per porsi (2011), saat itu saya harus membayar sekitar IDR 60.000 per porsi. Ya tidak bisa mengeluh juga, karena memang untuk pasokan pangan seperti ayam atau daging sapi dan kambing memang masih terbilang sulit didapatkan dan harus mendapatkan pasokan dari luar Pulau Papua. Karena bisa dikatakan Papua merupakan tempat yang melimpah bagi pecinta seafood, karena berbagai jenis makanan laut disini kita bisa dapatkan dengan harga yang cukup terjangkau, akan tetapi berbanding terbalik apabila berbicara tentang daging ayam, kambing atau sapi.
Setelah makan malam, kami pun melanjutkan berjalan-jalan sambil melihat-lihat keadaan kota, dan kami menemukan suatu gerai atau galery yang cukup menarik yang menawarkan berbagai kerajinan khas dari Tanah Papua.
Dan setelah cukup puas menikmati suasana malam, akhirnya kami pun pulang menuju ke penginapan untuk beristirahat. Di keesokan harinya setelah diskusi menggali informasi dengan beberapa pegawai cottage, kala itu kami sepakat untuk menyewa kapal yang bisa membawa kami menuju ke salah satu ikon di Raya Ampat yaitu Pulau Wayag. Dan mengingat kala itu masih tahun 2011, dimana traveling itu masih bisa dikatakan cukup mahal terlebih menuju ke Raja Ampat, maka saat itu kami mendapatkan penawaran untuk menyewa kapal tersebut seharga IDR. 12.000.000,- sampai akhirnya deal diangka IDR 8.000.000,- untuk seharian Island Hoping, karena kami berangkat tidak berbarengan dengan wisatawan lain, dan disinilah pelajarannya bagi temen-temen yang akan melakukan Island Hoping lah istilahnya. Jadi ketika kita berencana untuk main ke daerah pulau, seharusnya maksimalkan saja kapasitas dari kapal tersebut, karena mau satu orang ataupun dua belas penumpang, harga sewanya tetap sama.
Stelah semuanya bersepakat akhirnya kamipun berangkat sekitar pukul 08.00 WIT, dan cuaca saat itu terbilang cukup bagus untuk pergi berlayar. Di sepanjang perjalanan panorama yang terlihat begitu menakjubkan untuk dinikmati. Birunya laut kadang diselingi dengan air yang bening dan hijau, sehingga kita dengan mudah bisa melihat ke dasar lautan tersebut dan itu yang menjadi keunikan tersendiri bahwa Raja Ampat itu merupakan pusatnya wisata laut di Indonesia. Maka wajar melihat keindahan tersebut akan sangat membuat siapapun ingin meceburkan diri kedalam laut tersebut.
Singkat cerita sampailah kami di sebuah pulau yang berbukit-bukit kars. Setiba kami disana untuk mencapai spot yang kebanyakan orang sering berfoto itu, yaitu Puncak Wayag Satu dan Puncak Wyag Dua, dan dari tempat kapal bersandar itu kita harus tracking untuk menuju puncak tersebut sekitar 20-30 menit lah. Jalannya cukup terjal, tapi masih bisa lah untuk seorang ibu-ibu pun melewatinya.
Nah disinilah ya ketika perasaan saya berdiri diatas Puncak itu meerasakan haru, gembira, sedih bercampur aduklah pokoknya waktu itu. Karena untuk ukuran seorang seperti saya yang bukan terlahir dari keluarga berada atau istilahnya jangankan untuk bisa bejalan-jalan terlalu jauh kemana-mana, terkadang hanya untuk sekedar memnuhi kebutuhan sehari-hari pun terasa cukup sulit. Jadi seolah perjalanan ini it's like a dream come true, dan perjalanan ini juga merupakan perjalanan yang bisa dikatakan An Expected Journey karena memang sebelumnya saya juga tidak pernah membayangkan kalau saya bisa sampai ke titik ini.
Setelah cukup puas kami berada di Puncak Wayag, akhirnya kami memutuskan untuk kembali sambil diperjalanan itu sesekali melihat spot-spot yang lautnya memiliki kedalaman yang dangkal dan kami berhenti untuk sekedar menikmatinya dan terjun berenang di dalam lautan dangkal tersebut. Karena saking tidak tahannya melihat lautan yang begitu menakjubkan, saya yang notabene Orang Jawa Barat yang lebih dikenal sebagai Orang Gunung yang tidak pandai berenang, saat itu nekat saja menceburkan diri ikut berenang disana, karena dalam benak sekalipun tenggelam tenang saja karena saya dikelilingi oleh orang-orang yang pandai berenang.
Puas dengan mengunjungi berbagai spot disana, akhirnya kamipun memutuskan untuk kembali, karena nahkoda sendiri sudah mengingatkan jangan terlalu lama karena takutnya cuaca bisa berubah secara tiba-tiba. Dan akhirnya kami kembali dan bisa sampai di penginapan sekitar pukul 07.00 WIT, dan kamipun menginap kembali di Waisa selama satu malam.
Besoknya kami memutuskan untuk pulang. Kepulangan kami dari Waisai justru malah menggunakan Kapal Ferry Besar karena saat itu yang tersedia hanya kapal tersebut. Setiba kembali di Kota Sorong, saya kembali menginap di penginapan awal ketika saya tiba di Sorong, dan akan kembali menuju ke Jakarta di keesokan harinya. Dan saat itu saya mengalami sedikit masalah ketika mencari tiket menuju Jakarta, karena saat awal kepergian, saya tidak dibekali dengan tiket PP oleh tempat kerja, sehingga terpaksa mencari sendiri karena tempat kerja [un tidak bisa lagi mencari tiket kepulangan dikarenakan saat itu sudah musimnya mudik lebaran. Jadi gimana ya perasaannya dulu itu, karena baru pertama kali juga berada di luar pulau Jawa menjelang detik-detik hari lebaran, otomatis keinginan untuk pulang berkumpul bersama keluarga di kampung halaman itu sangat kuat dirasa. Seumpama saya tidak mendapatkan tiket, maka saya terancam untuk berlebaran di kota Sorong. Namun akhirnya saya mendapatkan tiket kepulangan meskipun saat itu melalui bantuan calo, yang di tahun itu masih dengan sangat mudah kita temui di bandara-bandara. Dan alhamdulilah di Hari Raya Idul Fitri tahun 2011 saya masih bisa merasakan berlebaran bersama keluarga di Jawa Barat...